Seni

Apakah Seni itu ?
Pada kenyataannya pertanyaan itu tidak mudah untuk dijabarkan. Seni adalah fenomena yang kompleks. Batasan atau maknanya ditentukan oleh banyak faktor, seperti kurator, kritikus, pasar, pranata, paradigma akademis, kosmologi kultural, perubahan jaman, aliran filsafat, dan sebagainya. Seni memiliki konsep majemuk, dinamis, bergerak bebas dan mampu mengakomodasi kecenderungan individual yang khas, tidak lagi patuh pada klasifikasi historis dalam penciptaan karya seni secara kronologis, maupun klasifikasi seni berdasarkan aliran seni tertentu. Konsep seni terus berkembang sejalan dengan perkembangan budaya dan kehidupan masyarakat yang dinamis.

Tidak dapat dipungkiri pada mulanya definisi atau makna seni yang digunakan dalam budaya masyarakat Indonesia merupakan adaptasi definisi seni dari konsep seni Eropa dan Amerika. Menurut Soedarso,Sp (1988), kata "Seni" mempunyai makna yang dekat dengan istilahl'arte (Italia), l'art (Perancis), el arte (Spanyol) dan art (Inggris), yang berarti kemahiran, ketangkasan, dan keahlian. Sedangkan kata artes memiliki arti orang-orang yang memiliki kemahiran atau ketangkasan.
 
Dalam buku Tinjauan Seni, Soedarso menjelaskan bahwa kata "Seni" berasal dari kata "Sani"dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan, atau pencarian dengan hormat dan jujur. Dalam versi lain seni disebut "Cilpa" yang berarti berwarna atau pewarna, yang kemudian berkembang menjadi "Cilpacastra" yang berarti segala macam kekriyaan (hasil ketrampilan tangan) yang artisitik.

Dalam perkembangannya muncul berbagai pengertian seni, yaitu:
    Seni sebagai karya seni (work of art), pengertian seni sebagai "benda/karya" atau "hasil kegiatan" diungkapkan oleh Joganatha bahwa seni atau keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan, tetapi berbeda dengan sekedar rasa gembira, karena mempunyai unsur transendental atau spiritual. Sedang menurut Goerge Dicki, seni sebagai berhubungan dengan pemahaman tentang posisi benda seni dalam budaya material, yakni klasifikasi benda buatan manusia secara kultural. Sifat fisik benda seni mengandung nilai-nilai untuk diapresiasi. Karya seni pada hakekatnya mewadahi nilai-nilai personal manusia dan nilai-nilai sosial denganberbagai ragam wujudnya. Sebagai contoh, Lukisan prasejarah di berbagai Gua memiliki nilai religi magis yang membangkitkan spirit dan sugesti terhadap binatang buruan.
    Seni sebagai Kemahiran seperti dikatakan Aristoteles adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapau suatu tujuan yang ditentukan oleh gagasan tertentu. Contoh, Pematung Bali dan Jepara mahir dan terampil dalam memahat bermacam patung dan ukiran kayu yang memiliki nilai seni atau fungsional, Idris Sardi terkenal karena kemahirannya memainkan biola dengan berbagai improvisasi yang kreatif.
    Seni sebagai Kegiatan Manusia diungkapkan oleh Leo Tolstoy, merupakan kegiatan sadar manusia dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu untuk menyampaikan perasaan-perasaan yang dihayatinya kepada orang lain. Contoh, ekspresi wajah dan gerakan yang lucu pelawak mengundang gelak tawa penonton,

Seni adalah ungkapan perasaan, demikianlah pernyataan yang sering kita dengar tentang seni. Jika kita renungkan, sesungguhnya ungkapan tersebut memiliki kebenaran. Karena seni itu sendiri memang merupakan ungkapan dari pengalaman-pengalaman bathin. Pengalaman itu kemudian dituangkan melalui berbagai medium seni, yang akhirnya kita nikmati sebagai sebuah karya. Dalam dunia seni rupa, medium ini terungkap menjadi lukisan, patung, grafis, karya serta karya-karya lainnya.

Seni berkaitan erat dengan nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi perasaan manusia akan keindahan yang dilihat dan dinikmati oleh mata maupun didengar oleh telinga. Karena manusia adalah makhluk dengan cita rasa yang tinggi, maka dihasilkanlah kesenian dengan berbagai kreativitas, jenis dan corak mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Dewasa ini seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dan kreatifitas manusia.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Seni sangat sulit dijelaskan dan juga sulit dinilai. Masih bisa dikatakan seni adalah proses dan produk dari memilih medium,dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, seni merupakan karya (sajak, lukisan, musik dan lain-lain) yang diciptakan dengan bakat dan merupakan hasil daripada sesuatu ciptaan.. Seni mencakupi nilai moral yang membawa kesan keharmonian kepada masyarakat dalam konteks adat dalam kesenian sesuatu budaya itu sendiri.

Lowenfeld (1983) mengatakan setiap masyarakat yang paling primitif sampai masyarakat yang paling modern mengekspresikan dirinya melalui seni. Lowenfeld juga menyatakan bahwa anak muda menggunakan seni untuk mengekspresikan bagaimana ia belajar untuk mengembangkan konsep. Herberd Reed dan Lowenfeld (1982) menyatakan bahwa seni pada dasarnya sulit untuk dipahami dan dijeleskan dengan fakta. Seni merupakan hal yang dinamis dan menyatu sebagai potensi yang sangat besar untuk pendidikan anak. Seni selalu menyuguhkan suatu konsep yang metafisik. Secara fundamental seni merupakan organik dan fenomena yang dapat diukur. Seni memiliki dua prinsip, yaitu : prinsip bentuk (fungsi persepsi) dan keaslian (fungsi imajinasi).
Muharam (1991) menyatakan seni atau kesenian secara umum dikenal sebagai rasa keindahan umumnya dan rasa keharuan khususnya yang melengkapi kesejahteraan hidup. Pandangan ini melihat seni sebagai suatu keindahan (rasa keindahan) dan keharuan. Disini seni berarti karya manusia, artinya sesuatu yang tercipta oleh karya manusia yang melibatkan seluruh pikiran, perasaan untuk menggagas, memproses dan menghasilkan bentuk karya yang mempunyai nilai keindahan dan menimbulkan keharuan dan memberi kepuasan serta kesejahteraan manusia. Dengan demikian seni secara nyata merupakan keindahan kreasi manusia.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan.
Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu.

Syafwan di bagi seorang seniman, berkarya merupakan sebuah tantangan yang harus dilewati. Berkarya adalah menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul, baik permasalah yang ada di dalam diri sendiri, maupun berbagai permasalahan yang ada di luar diri. Keinginan-keinginan untuk memecahkan permasalahan itulah yang menyebabkan seorang seniman berkarya. Berbagai permasalahan yang muncul, baik dalam diri maupun yang berada diluar diri, kemudian dialami seniman menjadi sebuah pengalaman bathin. Pengalaman bathin ini selanjutnya berubah menjadi sebuah angan-angan. Akhirnya dengan daya indah yang ada pada seorang seniman, berbagai angan yang ada, kemudian diungkapkan menjadi sebuah karya seni melalui medium seni yang dipilihnya sendiri.
Dari ungkapan di atas terlihat bahwa pada dasarnya setiap bentuk karya seni memuat unsur-unsur budaya, karena ia memang terlahir dari keinginan seorang seniman untuk merespon berbagai gejala yang timbul. Baik yang terdapat didalam dirinya sendiri maupun gejala yang berkembang diluar dirinya, atau dalam lingkungannya. Selanjutnya dengan menggunakan berbagai ungkapan yang dipilih seniman sebagai pengandaian lahirlah sebuah potret tentang kebudayaan. Yang menjadi pertanyaan kemudian ialah potret seperti apakah yang ditampilkan seniman dalam menangkap gelora budaya yang terjadi di sekitarnya. Kemudian pengandaian seperti apakah yang dipilih seniman dalam mengungkap berbagai gelora kebudayaan tersebut. Permasalahan dapat disigi dengan menggunakan pendekatan proses cipta seniman dan telaah karya tentang potret kebudayaan serta permasalahannya.
Pekerjaan mencipta merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Hurlock dalam Utami (1988: 2-3) mengatakan bahwa kreatif adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Sedangkan Erich Fromm, ahli teori analisis ilmu jiwa dalam bukunya berjudul "The Creative Attitude "¦ mengatakan bahwa : Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk melihat ( menyadari, bersikap peka ) dan menanggapi Chandra (1994: 12)
Lebih lanjut, Rogers dalam Utami (1988: 3) mengatakan bahwa; "Kreatif merupakan munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu disatu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dipihak lain"?. Dalam pernyataan ini Rogers menekankan bahwa lingkungan merupakan faktor penting dalam proses kreativitas. Lingkungan ikut memberikan andil terhadap karya jalan fikiran seseorang. Dengan demikian karya-karya yang bermula dari proses kreasi, adalah juga hasil dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Seorang seniman dapat pula disebut sebagai kreator, karena ia selalu berkarya, dan selalu mencari sesuatu yang baru. Karya seni lahir melalui sebuah proses cipta yang terjadi di dalam diri seorang seniman. Proses ini diawali dengan munculnya keinginan-keinginan yang melanda diri seniman. Keinginan-keinginan ini muncul karena dorongan yang dating dari dalam diri sendiri maupun dorongan yang datang dari luar. Selanjutnya, keinginan-keinginan yang telah mendapat dorongan tersebut diolah seniman, dengan menggunakan daya estetis yang dimilikinya. Setiap orang pada dasarnya memiliki daya cipta, namun dalam kenyataannya belum semua orang dapat memanfaatkan daya tersebut. Karena daya cipta itu perlu pula mendapat dorongan, berupa hal-hal yang dapat menimbulkan minat untuk melakukan ciptaan. Utami (1988: 21) mengatakan bahwa untuk menimbulkan minat kreasi, maka dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu, baik kondisi-kondisi eksternal (dari lingkungan dalam arti kata sempit dan luas, mencakup kondisi sosio-kultural dan politis) maupun kondisi-kondisi internal (pribadi, dalam diri individu) agar dapat muncul, tumbuh dan terwujud menjadi karya-karya kreatif yang bermakna uuntuk individu dan masyarakatnya, kebudayaannya.
Daya cipta seseorang sangat dipengaruhi oleh dorongan yang dimiliki oleh masing-masing diri. Semakin tinggi dorongan yang dimilikinya, maka besar kemungkinan akan diperoleh daya cipta yang tinggi pula. Utami Munandar (1988: 1) menyimpulkan bahwa " Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau perilakunya"?.

Lingkungan bathin, yaitu bakat yang memang telah dimiliki oleh seorang seniman sebagai kodratnya, atau sebagai anugerah dari Sang Pencipta. Kemudian lingkungan budaya, dimana seorang seniman telah tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan tersebut, serta lingkungan luar sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi secara lebih luas.
Selanjutnya proses mencipta juga dipengaruhi oleh keterampilan yang dimiliki oleh seorang seniman. Kemampuan melakukan, baik yang bersifat cara mengerjakan, penguasaan pokok permasalahan, atau apa yang akan dikerjakan, maupun penguasaan bahan dan alat yang digunakan dalam berkarya. Penguasaan keterampilan dan penguasaan pokok persoalan serta penguasaan bahan yang baik dapat memberikan keleluasaan kepada seniman untuk melakukan berbagai kemungkinan dalam berkarya cipta.
Sebagaimana yang dikemukakan Lowenfeld (1956: 81) bahwa: bahan yang bagus dan perkembangan keterampilan memegang peranan penting dalam mengekspresikan seni. Hanya melalui penggunaan bahan seni, ekspresi-ekspresi dapat berkembang. Seperti kata-kata amatlah penting dalam komunikasi lisan dan struktur kalimat serta paragraf penting dalam komunikasi tulisan, dalam seni, seorang seniman harus mengembangkam keterampilan-keterampilan dan teknik-teknik yang memungkinkan untuk berkomunikasi, dan dia harus mempunyai pemahaman tentang bahan-bahan yang dia gunakan supaya bisa menggunakan kualitas instrinsiknya.
Dorongan lain yang tidak kalah penting adalah tanggapan dan penghargaan, yang datang dari lingkungan seni. Yang dimaksud lingkungan seni disini ialah masyarakat yang menikmati karya seni. Tanggpan dan penghargaan ini dapat diperoleh seniman melalui pameran-pameran yang dilaksanakan. Jumlah pengunjung pada setiap pameran dapat memberikan dorongan yang baik bagi seniman dalam menunjang semangat berkarya cipta. Dengan kata lain, sebuah pameran dapat dilihat sebagai salah satu bentuk kegiatan yang berguna bagi peningkatan karya cipta seorang seniman.
Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).
Demikianlah beberapa pengertian seni yang dikembangkan oleh para pakar estetika. Dari berbagai pengertian tersebut, maka seni dalam arti sempit adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan inderawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta ketrampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.

Penulis : PPBI CABANG KUDUS ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Seni ini dipublish oleh PPBI CABANG KUDUS pada hari Selasa, 07 Agustus 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Seni
 

0 komentar:

Posting Komentar

Shared