AGAR DONGKELAN MENJADI BONSAI INDAH

Sebagian besar di antara penggemar bonsai senang dengan bakalan bonsai yang berasal dari alam liar. Bakalan seperti ini sering memberi kejutan yang menyenangkan dengan memberi imajinasi bagaimana nantinya jika telah dibentuk dan masuk ke pot yang fit.

Namun yakinlah, tidak semua dongkelan yang dibawa pulang oleh pemburu akan dibeli oleh pebonsai dan kelak menjadi bonsai yang baik, melainkan sebagian berakhir dalam api tungku sebagai kayu bakar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pemburu agar perburuan dapat menghasilkan bahan yang baik.

Pertama
Pastikan bahwa dalam memotong batang, dahan dan akar memperhatikan kemampuan hidup masing-masing jenis pohon.
Ada pohon yang tahan dengan pemenggalan yang drastis, ada yang harus ditinggal perdaunannya. Ada
yang tahan ditanam dengan potongan akar besar saja, ada pula yang harus terbawa dengan bola akar (akar serabut berikut tanahnya). Dalam pemenggalan, terkadang juga umur pohon turut menentukan. Karena itu pengetahuan dalam menilai umur tumbuhan juga harus dilatih. Biasanya kita dapat melihat dari tekstur dan warna kulit.

Kedua
Agar dalam melakukan seleksi dongkelan juga mempersiapkan rencana jangka pendek yang akan diperlakukan terhadap dongkelan tersebut. Hal mana ditunjukkan oleh kelengkapan organ tubuh pohon yang telah ada dalam proporsi pemotongan. Yang dapat dikategorikan sebagai bahan ialah dongkelan yang sekurangnya memiliki 3 (tiga) komponen organ dasar, yaitu batang, akar dan dahan. Tentu yang dimaksud ialah komponen dalam proporsi yang memadai dan dalam arah garis yang saling mendukung. Bahan dengan akar, batang dan dahan yang telah mengarah ke suatu
gaya
dasar tertentu, misalnya tegak lurus, tegak berliku atau miring dapat dilanjutkan ke tahap persiapan training.
Jika dongkelan hanya memiliki 2 (dua) dari 3 (tiga) organ dasar tersebut, maka dapat disebut pra-bahan, material ini harus dilanjutkan ke fase pembesaran di pot besar atau ditanam di kebun. Sedangkan pohon di alam dengan organ dasar kurang dari 2 (dua) komponen, sebaiknya tetap ditinggal di tempatnya agar tumbuh lebih besar atau dilakukan sedikit perlakuan. Dengan memotong bagian atas untuk merangsang pertumbuhan dahan, misalnya.

Kategori bahan dan pra bahan yang diuraikan di atas mungkin hanya berlaku kepada pohon-pohon yang biasa ditemukan di lahan subur pinggir sawah atau hutan penyangga desa yang biasanya memiliki garis yang tidak terlalu dramatis. Sedangkan bakalan yang memiliki garis yang dramatis yang biasanya ditemukan di pinggir laut tidak memerlukan seleksi seperti itu. Yang terutama ialah garis dan ornamen batang. Puntiran, keringan, liukan dan tekukan pada batang serta kerut merut pada kulit niscayalah telah terbentuk oleh daya adaptasi terhadap minimnya unsur hara dan terpaan angin, ombak serta gangguan
hama
yang mungkin telah berjuta-juta kali membanting-bantingnya selama tumbuh kembang hidupnya. Niscayalah pula bahwa pohon-pohon ini telah berumur tua.

Mengenai dahan dan akar tidak terlalu diperhatikan. Akar biasanya tertancap di karang sebagai permukaan tumbuh dan biasanya tidak terlihat jelas. Bakalan seperti ini biasanya dikerjakan dengan
gaya bunjin/literati yang mana percabangan dan perantingan tidak terlalu njelimet. Bamun begitu, imajinasi yang sangat luas diperlukan dalam mengolahnya sebab tidak jarang sesosok dongkelan memberikan lebih dari satu peluang pembentukan bonsai, baik arah pandang (penentuan muka) maupun posisi (gaya
dasar). Jenis yang sangat terkenal karena garis dan ornamen batang ialah wahong dan santigi.

Ketiga
Hal terakhir yang juga harus diperhatikan oleh pemburu ialah sikap bijaksana dalam menyeleksi buruannya dalam konteks melihat fungsi pohon yang akan didongkel dalam ekosistemnya.
Pohon-pohon yang tumbuh di lahan miring sering berfungsi sebagai penahan erosi. Sangat tidak bijaksana mengambil pepohonan dari area rawan longsor tanpa menanam penggantinya. Demikian juga lahan hutan penyangga desa. Terkadang juga pohon memiliki fungsi menaungi tumbuhan lain yang ada di level lebih rendah. Matinya pohon besar seringkali menyebabkan matinya tumbuhan lain yang tidak tahan panas. Menyisakan dan menanam pohon pengganti ialah langkah yang sangat diperlukan. Lahan hutan penyangga desa sering menjadi tempat tumbuh bahan pangan alternatif sebagai cadangan yang diambil masyarakat desa pada musim paceklik. Ubi-ubian dan talas-talasan adalah jenis tumbuhan yang bernaung di bawah bayangan pohon yang lebih besar. Juga termasuk jenis-jenis tumbuhan obat yang bersifat herba dan batang lunak lainnya.

Beruntung jika menemukan pohon bakalan bonsai di pinggir lahan perkebunan produktif. Dalam kasus ini, poson-pohon tersebut sering ditebang percuma karena tidak termasuk jenis yang menguntungkan pekebun dan karena aktifitas perluasan area kebun.
Belakangan, bahan-bahan dari pinggir laut seperti wahong, sangat digemari karena bentuknya sangat dramatis. Bahan-bahan ini biasanya diambil dari pulau-pulau karang yang tidak berpenghuni sebagaimana dulu santigi diambil. Di masa depan tidak tertutup kemungkinan akan muncul jenis lain yang juga digemari dari pulau-pulau karang.
Yang harus menjadi perhatian para pemburu ialah fungsi tumbuhan di pulau karang tersebut. Banyak diantaranya merupakan sarang dari satwa-satwa tertentu seperti burung laut. Atau bisa juga menjadi tempat persinggahan dalam jalur migrasinya. Jika sebagai tempat migrasi, maka aktifitas persarangan hewan tidak terjadi sepanjang tahun. Boleh jadi, pada waktu perburuan dilakukan sedang tidak ada populasi burung. Informasi dari penduduk sekitar perlu didapat. Untuk komunitas pantai dan pulau yang berfungsi ini, sebaiknya tidak usah mengambil tumbuhan sebagai bakalan bonsai. Dan bagi kita yang bukan pemburu agar tidak membeli. Kita tentunya tidak ingin demi kesenangan kita memiliki bonsai justru telah ikut membunuh burung-burung yang kehilangan sarang atau tempat peristirahatannya.

Kita ingin bonsai kita menjadi indah karena sehat dan tanpa dosa kepada Ibu Pertiwi.

Penulis : PPBI CABANG KUDUS ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel AGAR DONGKELAN MENJADI BONSAI INDAH ini dipublish oleh PPBI CABANG KUDUS pada hari Kamis, 09 Agustus 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan AGAR DONGKELAN MENJADI BONSAI INDAH
 

0 komentar:

Posting Komentar

Shared