MITOS MITOS MENGENAI BONSAI

Banyak orang yang telah mengenal bonsai, bisa membedakan mana bonsai mana bukan, namun sentra bonsai masih kalah ramai dibandingkan sentra tanaman hias. Adalah mitos yang beredar di masyarakat awam, yang mungkin awalnya dihembuskan oleh orang bonsai sendiri. Berikut di antaranya:

Bonsai itu mahal
Mendengarkan orang main bonsai, apalagi yang sudah langganan juara di kontes, harga yang disebut memang kadang luar biasa atau fantastis. Hal ini dapat menciutkan nyali bagi pemula atau pra-pemula (orang yang baru mau tahu bonsai). Padahal bonsai sendiri pilihannya sangat luas. Mungkin yang mahal ialah karena jenisnya yang langka, varian yang nyeleneh (mutasi, dll; kadangkala kalau muncul varian variegata pada suatu jenis yang jarang muncul varian ini menjadikannya berharga lebih), keunikan, kerumitan, ukuran kadang juga mempengaruhi.
Bagi pemula atau pra-pemula yang masih ingin eksplorasi ketrampilan dan mengasah kemampuan, pilihan ukuran mame atau small dari jenis-jenis tanaman yang mudah tumbuh mungkin lebih tepat. Dengan latihan yang cukup maka pohon kecil yang muda dapat diolah menjadi bonsai cantik dan berkesan tua. Tanaman semak seperti Cendrawasih, Pangkas atau Teh-Tehan, Sidaguri kadang bisa dengan mudah kita temukan. Tentu yang ukurannya pantas untuk mame atau small. Yang ukurannya medium ke atas sudah habis dibabat pemburu!
Untuk ukuran medium ke atas, pilihlah jenis yang mudah ditemukan di lingkungan desa seperti Beringin atau Asem Jawa. Dua tanaman ini cukup sering kita temukan namun memang agak sulit cari yang bagus. Latihan dan bersabarlah, mungkin bisa diolah menjadi bahan yang baik.

Bonsai
Susah Perawatannya
Merawat bonsai sebetulnya tak jauh dari merawat pohon atau tanaman pada umumnya. Seseorang yang pernah menanam pohon dan bisa merawatnya tentu punya bakat untuk merawat bonsai. Penyiraman, pemupukan, pemangkasan adalah faktor yang biasanya diperhatikan. Ingat, istilah tangan dingin diberikan kepada orang yang rajin nyiram!
Mungkin yang dimaksud susah ialah memberi arah bentuk (pada bahan) atau mempertahankan bentuk (pada bonsai jadi). Ini memang perlu pengetahuan yang cukup. Belajar dari buku atau bertanya pada yang lebih dulu tau diperlukan.

Hanya Orang Tertentu yang Dapat Menikmati Bonsai
Yang ini sih benar-benar bohong!
Sebagai hasil produk seni, maka bonsai itu universal. Siapapun yang memiliki citarasa seni, imajinasi, kecintaan pada tanaman dan sedikit saja jiwa naturalis akan mudah menyukai bonsai. Orang menyukai bonsai karena ia menyukai pohon. Tidak ada orang suka bonsai tapi benci sama pohon.
Bonsai Adalah Seni yang Rumit, Penuh Makna Filosofis
Alah, yang ini sih gak usah dipedulikan benar. Makna yang terkandung dalam bonsai akan kita dapati setelah kita melalui tahapan belajar dan merawat. Bukan dengan hanya melihat dan punya bonsai terus bisa memaknai kedalamannya.. Banyak kok orang yang suka dan lama mengenai bunjin tapi tak pernah paham arti bunjin itu.
Cuplikan fenomena pohon raksasa dalam sebuah pot, yang penting dapat dinikmati keindahannya dan memberikan imajinasi bagi orang. Itu sudah cukup. Seseorang mungkin teringat kenangan masa kecilnya ketika melihat pohon tumbuh di pinggir sungai atau pohon rimbun di pinggir desanya dulu yang terefleksi pada bonsai.
Imajinasi inilah yang membuat kita terbang sesaat dan menjadikannya benang merah yang menghubungkan kita dari sebuah pot ke alam bebas dan Tuhan Sang Maha Sempurna. Inilah sesungguhnya makna filosofis itu!

Membuat Bonsai Perlu Waktu yang Lama
Wah! Kalau yang ini memang benar. Perlu waktu sekitar 2 – 3 tahun untuk menyelesaikan bonsai mame dan small, dan mungkin diperlukan lebih dari sepuluh tahun untuk ukuran large.
Bonsai memang seni yang membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Merawat dan membuat rencana adalah proses yang ada di dalamnya. Inipun kenikmatan. Sama nikmatnya waktu kita mendapati daun baru yang muncul, tunas yang tumbuh dan sesekali bunga dan buah yang menyembul. Kita menikmati keindahan dari kesederhanaan!

Hanya Tanaman Jenis Tertentu yang Dapat Dibuat Bonsai
Walaupun kadang muncul jenis yang sedang trend, tapi jangan terlalu merisaukan pemula. Tidak perlu pula terlalu terorientasi
China dan Jepang. Indonesia adalah negara yang sangat kaya keragaman flora. Pilihlah tanaman berkayu (keras), bisa pohon atau pula semak. Berdaun kecil atau dapat mengecil, kemampuan tumbuh dan skema percabangan baik. Sekalipun dari jenis yang tidak populer. Percayalah, kalau sudah jadi bonsai yang indah, apapun jenisnya pasti akan tetap jadi bonsai yang indah.
 

AGAR DONGKELAN MENJADI BONSAI INDAH

Sebagian besar di antara penggemar bonsai senang dengan bakalan bonsai yang berasal dari alam liar. Bakalan seperti ini sering memberi kejutan yang menyenangkan dengan memberi imajinasi bagaimana nantinya jika telah dibentuk dan masuk ke pot yang fit.

Namun yakinlah, tidak semua dongkelan yang dibawa pulang oleh pemburu akan dibeli oleh pebonsai dan kelak menjadi bonsai yang baik, melainkan sebagian berakhir dalam api tungku sebagai kayu bakar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pemburu agar perburuan dapat menghasilkan bahan yang baik.

Pertama
Pastikan bahwa dalam memotong batang, dahan dan akar memperhatikan kemampuan hidup masing-masing jenis pohon.
Ada pohon yang tahan dengan pemenggalan yang drastis, ada yang harus ditinggal perdaunannya. Ada
yang tahan ditanam dengan potongan akar besar saja, ada pula yang harus terbawa dengan bola akar (akar serabut berikut tanahnya). Dalam pemenggalan, terkadang juga umur pohon turut menentukan. Karena itu pengetahuan dalam menilai umur tumbuhan juga harus dilatih. Biasanya kita dapat melihat dari tekstur dan warna kulit.

Kedua
Agar dalam melakukan seleksi dongkelan juga mempersiapkan rencana jangka pendek yang akan diperlakukan terhadap dongkelan tersebut. Hal mana ditunjukkan oleh kelengkapan organ tubuh pohon yang telah ada dalam proporsi pemotongan. Yang dapat dikategorikan sebagai bahan ialah dongkelan yang sekurangnya memiliki 3 (tiga) komponen organ dasar, yaitu batang, akar dan dahan. Tentu yang dimaksud ialah komponen dalam proporsi yang memadai dan dalam arah garis yang saling mendukung. Bahan dengan akar, batang dan dahan yang telah mengarah ke suatu
gaya
dasar tertentu, misalnya tegak lurus, tegak berliku atau miring dapat dilanjutkan ke tahap persiapan training.
Jika dongkelan hanya memiliki 2 (dua) dari 3 (tiga) organ dasar tersebut, maka dapat disebut pra-bahan, material ini harus dilanjutkan ke fase pembesaran di pot besar atau ditanam di kebun. Sedangkan pohon di alam dengan organ dasar kurang dari 2 (dua) komponen, sebaiknya tetap ditinggal di tempatnya agar tumbuh lebih besar atau dilakukan sedikit perlakuan. Dengan memotong bagian atas untuk merangsang pertumbuhan dahan, misalnya.

Kategori bahan dan pra bahan yang diuraikan di atas mungkin hanya berlaku kepada pohon-pohon yang biasa ditemukan di lahan subur pinggir sawah atau hutan penyangga desa yang biasanya memiliki garis yang tidak terlalu dramatis. Sedangkan bakalan yang memiliki garis yang dramatis yang biasanya ditemukan di pinggir laut tidak memerlukan seleksi seperti itu. Yang terutama ialah garis dan ornamen batang. Puntiran, keringan, liukan dan tekukan pada batang serta kerut merut pada kulit niscayalah telah terbentuk oleh daya adaptasi terhadap minimnya unsur hara dan terpaan angin, ombak serta gangguan
hama
yang mungkin telah berjuta-juta kali membanting-bantingnya selama tumbuh kembang hidupnya. Niscayalah pula bahwa pohon-pohon ini telah berumur tua.

Mengenai dahan dan akar tidak terlalu diperhatikan. Akar biasanya tertancap di karang sebagai permukaan tumbuh dan biasanya tidak terlihat jelas. Bakalan seperti ini biasanya dikerjakan dengan
gaya bunjin/literati yang mana percabangan dan perantingan tidak terlalu njelimet. Bamun begitu, imajinasi yang sangat luas diperlukan dalam mengolahnya sebab tidak jarang sesosok dongkelan memberikan lebih dari satu peluang pembentukan bonsai, baik arah pandang (penentuan muka) maupun posisi (gaya
dasar). Jenis yang sangat terkenal karena garis dan ornamen batang ialah wahong dan santigi.

Ketiga
Hal terakhir yang juga harus diperhatikan oleh pemburu ialah sikap bijaksana dalam menyeleksi buruannya dalam konteks melihat fungsi pohon yang akan didongkel dalam ekosistemnya.
Pohon-pohon yang tumbuh di lahan miring sering berfungsi sebagai penahan erosi. Sangat tidak bijaksana mengambil pepohonan dari area rawan longsor tanpa menanam penggantinya. Demikian juga lahan hutan penyangga desa. Terkadang juga pohon memiliki fungsi menaungi tumbuhan lain yang ada di level lebih rendah. Matinya pohon besar seringkali menyebabkan matinya tumbuhan lain yang tidak tahan panas. Menyisakan dan menanam pohon pengganti ialah langkah yang sangat diperlukan. Lahan hutan penyangga desa sering menjadi tempat tumbuh bahan pangan alternatif sebagai cadangan yang diambil masyarakat desa pada musim paceklik. Ubi-ubian dan talas-talasan adalah jenis tumbuhan yang bernaung di bawah bayangan pohon yang lebih besar. Juga termasuk jenis-jenis tumbuhan obat yang bersifat herba dan batang lunak lainnya.

Beruntung jika menemukan pohon bakalan bonsai di pinggir lahan perkebunan produktif. Dalam kasus ini, poson-pohon tersebut sering ditebang percuma karena tidak termasuk jenis yang menguntungkan pekebun dan karena aktifitas perluasan area kebun.
Belakangan, bahan-bahan dari pinggir laut seperti wahong, sangat digemari karena bentuknya sangat dramatis. Bahan-bahan ini biasanya diambil dari pulau-pulau karang yang tidak berpenghuni sebagaimana dulu santigi diambil. Di masa depan tidak tertutup kemungkinan akan muncul jenis lain yang juga digemari dari pulau-pulau karang.
Yang harus menjadi perhatian para pemburu ialah fungsi tumbuhan di pulau karang tersebut. Banyak diantaranya merupakan sarang dari satwa-satwa tertentu seperti burung laut. Atau bisa juga menjadi tempat persinggahan dalam jalur migrasinya. Jika sebagai tempat migrasi, maka aktifitas persarangan hewan tidak terjadi sepanjang tahun. Boleh jadi, pada waktu perburuan dilakukan sedang tidak ada populasi burung. Informasi dari penduduk sekitar perlu didapat. Untuk komunitas pantai dan pulau yang berfungsi ini, sebaiknya tidak usah mengambil tumbuhan sebagai bakalan bonsai. Dan bagi kita yang bukan pemburu agar tidak membeli. Kita tentunya tidak ingin demi kesenangan kita memiliki bonsai justru telah ikut membunuh burung-burung yang kehilangan sarang atau tempat peristirahatannya.

Kita ingin bonsai kita menjadi indah karena sehat dan tanpa dosa kepada Ibu Pertiwi.
 

Koleksi Tukin Sunardi

Hokian tea, mengikuti MUNAS di Yogjakarta
 

Koleksi Sugeng Riyanto

Kelas Regional dalam acara MUNAS di Yogjakarta tahun 2011
 

DOKUMENTASI

Malam-malam di Malioboro sepi lah pak, adanya cuma warung makanan aja... Ya sudah, Ayam goreng aja deh satu... hehe
 

DOKUMENTASI

Ini siapa ya? Kok ikut-ikut nampang?? hehe
 

DOKUMENTASI

Pak Dayat, setelah mengikuti MUNAS di Yogjakarta
 

DOKUMENTASI

 

Koleksi Iwan Sutanto

gambar : Kepala Gajah
 

Koleksi Daniel Isanto

 
 gambar : Animals
 

Koleksi Iwan Sutanto

Koleksi yang berjudul Bunga Bangkai ini saat mengikuti Pemeran Suiseki dalam acara Munas di Yogjakarta pada tahun 2011.
 

Koleksi Daniel Isanto

Suiseki yang berjudul Leaf Fossil ini telah mengikuti Pameran Suiseki dalam acara MUNAS di Yogjakarta pada tahun 2011.
 

SUSUNAN PENGURUS PPBI CABANG KUDUS PERIODE 2012-2016

Pelindung : Bupati Kudus
Penasehat : 1. Bp. Thomas Budi Santoso
2. Bp. Iwan Sutanto
3. Bp. Hidayat 
4. Bp. Kusnadi
5. Bp. Suyoto
6. Bp. Sulaiman
7. Bp. Panji 
Ketua : Bp. Daniel Isanto
Wakil Ketua : Bp. Sugeng Riyanto
Sekertaris : Sdr. Ardian Morravinata
Bendahara : Bp. Felix
Litbang : Sdr. Tukin Sunardi
Humas/Pameran : Bp. Herman
Basarnas : Bp. Prasetyono

 

Bursa Bonsai

Silahkan yang ingin meng-iklankan Bonsai atau Suiseki dengan mengisi pesan dan profil
di kirim via email : ppbicabkudus@ymail.com
 

LOGO

 

KONTES PAMERAN BONSAI NASIONAL MADYA 2012 DAN SUISEKI


Langkah awal untuk meraih perubahan dan sebagai jalan perkembangan PPBI Cabang Kudus untuk meraih mimpi bersama.


Perkumpulan Pengemar Bonsai Indonesia Cabang Kudus [ PPBI-Kudus ] akan menyelenggarakan Kontes dan Pameran Bonsai dan Suiseki Nasional Tingkat Madya yang akan diselenggarakan pada Tanggal 17 Oktober s/d 28 Oktober Tahun 2012 bersamaan dengan Pelantikan Pengurus Baru Periode 2012 - 2016.
Acara tersebut akan diadakan di Lapangan Sepak Bola Desa Rendeng Kudus, antara lain Kontes Bonsai dan Kontes Suiseki.

Kategori BONSAI yang dilombakan adalah PROSPEK, REGIONAL dan MADYA.
  • Untuk Prospek dibuka kelas Small, Medium, Large dan Extra Large.
  • Untuk Regional dibuka kelas Mamme, Small, Medium, Large dan Extra Large.
  • Untuk Madya dibuka kelas Mamme, Small, Medium, Large dan Extra Large.
KONTES SUISEKI.

Acara

Tgl 17 Okt s/d 18 Okt 2012   Penerimaan Barang
Tgl 19 Okt s/d 20 Okt 2012   Penjurian dan diteruskan dengan Penancapan Bendera
Tgl 21 Oktober Th 2012       Pembukaan Pameran
Tgl 28 Oktober Th. 2012      Penutup dan Pengambilan Barang    

 

Seni

Apakah Seni itu ?
Pada kenyataannya pertanyaan itu tidak mudah untuk dijabarkan. Seni adalah fenomena yang kompleks. Batasan atau maknanya ditentukan oleh banyak faktor, seperti kurator, kritikus, pasar, pranata, paradigma akademis, kosmologi kultural, perubahan jaman, aliran filsafat, dan sebagainya. Seni memiliki konsep majemuk, dinamis, bergerak bebas dan mampu mengakomodasi kecenderungan individual yang khas, tidak lagi patuh pada klasifikasi historis dalam penciptaan karya seni secara kronologis, maupun klasifikasi seni berdasarkan aliran seni tertentu. Konsep seni terus berkembang sejalan dengan perkembangan budaya dan kehidupan masyarakat yang dinamis.

Tidak dapat dipungkiri pada mulanya definisi atau makna seni yang digunakan dalam budaya masyarakat Indonesia merupakan adaptasi definisi seni dari konsep seni Eropa dan Amerika. Menurut Soedarso,Sp (1988), kata "Seni" mempunyai makna yang dekat dengan istilahl'arte (Italia), l'art (Perancis), el arte (Spanyol) dan art (Inggris), yang berarti kemahiran, ketangkasan, dan keahlian. Sedangkan kata artes memiliki arti orang-orang yang memiliki kemahiran atau ketangkasan.
 
Dalam buku Tinjauan Seni, Soedarso menjelaskan bahwa kata "Seni" berasal dari kata "Sani"dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan, atau pencarian dengan hormat dan jujur. Dalam versi lain seni disebut "Cilpa" yang berarti berwarna atau pewarna, yang kemudian berkembang menjadi "Cilpacastra" yang berarti segala macam kekriyaan (hasil ketrampilan tangan) yang artisitik.

Dalam perkembangannya muncul berbagai pengertian seni, yaitu:
    Seni sebagai karya seni (work of art), pengertian seni sebagai "benda/karya" atau "hasil kegiatan" diungkapkan oleh Joganatha bahwa seni atau keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan, tetapi berbeda dengan sekedar rasa gembira, karena mempunyai unsur transendental atau spiritual. Sedang menurut Goerge Dicki, seni sebagai berhubungan dengan pemahaman tentang posisi benda seni dalam budaya material, yakni klasifikasi benda buatan manusia secara kultural. Sifat fisik benda seni mengandung nilai-nilai untuk diapresiasi. Karya seni pada hakekatnya mewadahi nilai-nilai personal manusia dan nilai-nilai sosial denganberbagai ragam wujudnya. Sebagai contoh, Lukisan prasejarah di berbagai Gua memiliki nilai religi magis yang membangkitkan spirit dan sugesti terhadap binatang buruan.
    Seni sebagai Kemahiran seperti dikatakan Aristoteles adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapau suatu tujuan yang ditentukan oleh gagasan tertentu. Contoh, Pematung Bali dan Jepara mahir dan terampil dalam memahat bermacam patung dan ukiran kayu yang memiliki nilai seni atau fungsional, Idris Sardi terkenal karena kemahirannya memainkan biola dengan berbagai improvisasi yang kreatif.
    Seni sebagai Kegiatan Manusia diungkapkan oleh Leo Tolstoy, merupakan kegiatan sadar manusia dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu untuk menyampaikan perasaan-perasaan yang dihayatinya kepada orang lain. Contoh, ekspresi wajah dan gerakan yang lucu pelawak mengundang gelak tawa penonton,

Seni adalah ungkapan perasaan, demikianlah pernyataan yang sering kita dengar tentang seni. Jika kita renungkan, sesungguhnya ungkapan tersebut memiliki kebenaran. Karena seni itu sendiri memang merupakan ungkapan dari pengalaman-pengalaman bathin. Pengalaman itu kemudian dituangkan melalui berbagai medium seni, yang akhirnya kita nikmati sebagai sebuah karya. Dalam dunia seni rupa, medium ini terungkap menjadi lukisan, patung, grafis, karya serta karya-karya lainnya.

Seni berkaitan erat dengan nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi perasaan manusia akan keindahan yang dilihat dan dinikmati oleh mata maupun didengar oleh telinga. Karena manusia adalah makhluk dengan cita rasa yang tinggi, maka dihasilkanlah kesenian dengan berbagai kreativitas, jenis dan corak mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Dewasa ini seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dan kreatifitas manusia.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Seni sangat sulit dijelaskan dan juga sulit dinilai. Masih bisa dikatakan seni adalah proses dan produk dari memilih medium,dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, seni merupakan karya (sajak, lukisan, musik dan lain-lain) yang diciptakan dengan bakat dan merupakan hasil daripada sesuatu ciptaan.. Seni mencakupi nilai moral yang membawa kesan keharmonian kepada masyarakat dalam konteks adat dalam kesenian sesuatu budaya itu sendiri.

Lowenfeld (1983) mengatakan setiap masyarakat yang paling primitif sampai masyarakat yang paling modern mengekspresikan dirinya melalui seni. Lowenfeld juga menyatakan bahwa anak muda menggunakan seni untuk mengekspresikan bagaimana ia belajar untuk mengembangkan konsep. Herberd Reed dan Lowenfeld (1982) menyatakan bahwa seni pada dasarnya sulit untuk dipahami dan dijeleskan dengan fakta. Seni merupakan hal yang dinamis dan menyatu sebagai potensi yang sangat besar untuk pendidikan anak. Seni selalu menyuguhkan suatu konsep yang metafisik. Secara fundamental seni merupakan organik dan fenomena yang dapat diukur. Seni memiliki dua prinsip, yaitu : prinsip bentuk (fungsi persepsi) dan keaslian (fungsi imajinasi).
Muharam (1991) menyatakan seni atau kesenian secara umum dikenal sebagai rasa keindahan umumnya dan rasa keharuan khususnya yang melengkapi kesejahteraan hidup. Pandangan ini melihat seni sebagai suatu keindahan (rasa keindahan) dan keharuan. Disini seni berarti karya manusia, artinya sesuatu yang tercipta oleh karya manusia yang melibatkan seluruh pikiran, perasaan untuk menggagas, memproses dan menghasilkan bentuk karya yang mempunyai nilai keindahan dan menimbulkan keharuan dan memberi kepuasan serta kesejahteraan manusia. Dengan demikian seni secara nyata merupakan keindahan kreasi manusia.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan.
Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu.

Syafwan di bagi seorang seniman, berkarya merupakan sebuah tantangan yang harus dilewati. Berkarya adalah menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul, baik permasalah yang ada di dalam diri sendiri, maupun berbagai permasalahan yang ada di luar diri. Keinginan-keinginan untuk memecahkan permasalahan itulah yang menyebabkan seorang seniman berkarya. Berbagai permasalahan yang muncul, baik dalam diri maupun yang berada diluar diri, kemudian dialami seniman menjadi sebuah pengalaman bathin. Pengalaman bathin ini selanjutnya berubah menjadi sebuah angan-angan. Akhirnya dengan daya indah yang ada pada seorang seniman, berbagai angan yang ada, kemudian diungkapkan menjadi sebuah karya seni melalui medium seni yang dipilihnya sendiri.
Dari ungkapan di atas terlihat bahwa pada dasarnya setiap bentuk karya seni memuat unsur-unsur budaya, karena ia memang terlahir dari keinginan seorang seniman untuk merespon berbagai gejala yang timbul. Baik yang terdapat didalam dirinya sendiri maupun gejala yang berkembang diluar dirinya, atau dalam lingkungannya. Selanjutnya dengan menggunakan berbagai ungkapan yang dipilih seniman sebagai pengandaian lahirlah sebuah potret tentang kebudayaan. Yang menjadi pertanyaan kemudian ialah potret seperti apakah yang ditampilkan seniman dalam menangkap gelora budaya yang terjadi di sekitarnya. Kemudian pengandaian seperti apakah yang dipilih seniman dalam mengungkap berbagai gelora kebudayaan tersebut. Permasalahan dapat disigi dengan menggunakan pendekatan proses cipta seniman dan telaah karya tentang potret kebudayaan serta permasalahannya.
Pekerjaan mencipta merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Hurlock dalam Utami (1988: 2-3) mengatakan bahwa kreatif adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Sedangkan Erich Fromm, ahli teori analisis ilmu jiwa dalam bukunya berjudul "The Creative Attitude "¦ mengatakan bahwa : Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk melihat ( menyadari, bersikap peka ) dan menanggapi Chandra (1994: 12)
Lebih lanjut, Rogers dalam Utami (1988: 3) mengatakan bahwa; "Kreatif merupakan munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu disatu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dipihak lain"?. Dalam pernyataan ini Rogers menekankan bahwa lingkungan merupakan faktor penting dalam proses kreativitas. Lingkungan ikut memberikan andil terhadap karya jalan fikiran seseorang. Dengan demikian karya-karya yang bermula dari proses kreasi, adalah juga hasil dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Seorang seniman dapat pula disebut sebagai kreator, karena ia selalu berkarya, dan selalu mencari sesuatu yang baru. Karya seni lahir melalui sebuah proses cipta yang terjadi di dalam diri seorang seniman. Proses ini diawali dengan munculnya keinginan-keinginan yang melanda diri seniman. Keinginan-keinginan ini muncul karena dorongan yang dating dari dalam diri sendiri maupun dorongan yang datang dari luar. Selanjutnya, keinginan-keinginan yang telah mendapat dorongan tersebut diolah seniman, dengan menggunakan daya estetis yang dimilikinya. Setiap orang pada dasarnya memiliki daya cipta, namun dalam kenyataannya belum semua orang dapat memanfaatkan daya tersebut. Karena daya cipta itu perlu pula mendapat dorongan, berupa hal-hal yang dapat menimbulkan minat untuk melakukan ciptaan. Utami (1988: 21) mengatakan bahwa untuk menimbulkan minat kreasi, maka dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu, baik kondisi-kondisi eksternal (dari lingkungan dalam arti kata sempit dan luas, mencakup kondisi sosio-kultural dan politis) maupun kondisi-kondisi internal (pribadi, dalam diri individu) agar dapat muncul, tumbuh dan terwujud menjadi karya-karya kreatif yang bermakna uuntuk individu dan masyarakatnya, kebudayaannya.
Daya cipta seseorang sangat dipengaruhi oleh dorongan yang dimiliki oleh masing-masing diri. Semakin tinggi dorongan yang dimilikinya, maka besar kemungkinan akan diperoleh daya cipta yang tinggi pula. Utami Munandar (1988: 1) menyimpulkan bahwa " Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau perilakunya"?.

Lingkungan bathin, yaitu bakat yang memang telah dimiliki oleh seorang seniman sebagai kodratnya, atau sebagai anugerah dari Sang Pencipta. Kemudian lingkungan budaya, dimana seorang seniman telah tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan tersebut, serta lingkungan luar sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi secara lebih luas.
Selanjutnya proses mencipta juga dipengaruhi oleh keterampilan yang dimiliki oleh seorang seniman. Kemampuan melakukan, baik yang bersifat cara mengerjakan, penguasaan pokok permasalahan, atau apa yang akan dikerjakan, maupun penguasaan bahan dan alat yang digunakan dalam berkarya. Penguasaan keterampilan dan penguasaan pokok persoalan serta penguasaan bahan yang baik dapat memberikan keleluasaan kepada seniman untuk melakukan berbagai kemungkinan dalam berkarya cipta.
Sebagaimana yang dikemukakan Lowenfeld (1956: 81) bahwa: bahan yang bagus dan perkembangan keterampilan memegang peranan penting dalam mengekspresikan seni. Hanya melalui penggunaan bahan seni, ekspresi-ekspresi dapat berkembang. Seperti kata-kata amatlah penting dalam komunikasi lisan dan struktur kalimat serta paragraf penting dalam komunikasi tulisan, dalam seni, seorang seniman harus mengembangkam keterampilan-keterampilan dan teknik-teknik yang memungkinkan untuk berkomunikasi, dan dia harus mempunyai pemahaman tentang bahan-bahan yang dia gunakan supaya bisa menggunakan kualitas instrinsiknya.
Dorongan lain yang tidak kalah penting adalah tanggapan dan penghargaan, yang datang dari lingkungan seni. Yang dimaksud lingkungan seni disini ialah masyarakat yang menikmati karya seni. Tanggpan dan penghargaan ini dapat diperoleh seniman melalui pameran-pameran yang dilaksanakan. Jumlah pengunjung pada setiap pameran dapat memberikan dorongan yang baik bagi seniman dalam menunjang semangat berkarya cipta. Dengan kata lain, sebuah pameran dapat dilihat sebagai salah satu bentuk kegiatan yang berguna bagi peningkatan karya cipta seorang seniman.
Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).
Demikianlah beberapa pengertian seni yang dikembangkan oleh para pakar estetika. Dari berbagai pengertian tersebut, maka seni dalam arti sempit adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan inderawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta ketrampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.
 

Koleksi Daniel Isanto

 

Koleksi Daniel Isanto

 

Shared